Junk Revolution, Langkah Nyata Jangjo Mengatasi Gunung Sampah

Jangjo memprakarsai Junk Revolution, sebuah gerakan untuk mengubah cara kita memilah, mengelola, dan memproses sampah secara terstruktur dan berkelanjutan. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap penumpukan sampah di ruang publik yang belum dipilah dengan benar, berpotensi mencemari lingkungan dan membebani TPA.

Melalui edukasi di pusat perbelanjaan seperti di Gandaria City dan Kota Kasablanka, Jangjo mendorong pengunjung untuk mulai memilah sampah dari sumbernya. Edukasi dilakukan lewat signage, pelatihan tenant, dan booth interaktif.

Proses pemilahan dilakukan langsung di lokasi kampanye, melibatkan tenant, pengunjung, dan operasional area. Sampah yang terkumpul diproses di fasilitas Jangjo dengan sistem JOWI untuk efisiensi dan transparansi, lalu diolah lebih lanjut oleh mitra. Bersama Indocement, sampah dijadikan RDF (bahan bakar alternatif), sementara Magalarva mengubah food waste menjadi pakan ternak berbasis BSF (Black Soldier Fly).

Di Plaza Indonesia dan FX, program pemilahan sampah organik telah mengurangi limbah makanan yang berpotensi mencemari lingkungan.

Saat ini, Jangjo mengolah hingga 50 ton sampah per hari dari kawasan komersial di Jakarta. Dalam ajang Astranauts 2025 di Jakarta, Joe Hansen selaku Founder dan CEO Jangjo menyampaikan bahwa keseimbangan antara manusia dan alam bisa tercapai lewat inovasi teknologi dan keberlanjutan, persis seperti semangat di balik Junk Revolution.

Scroll to top